Pendekatan Tiga Nilai Dasar Profetik Terhadap Ibadah Puasa Ramadhan
Sambas_KUA revitalisai Kec. Sambas, Pendekatan tiga nilai dasar sebagai pijakan ilmu sosial profetik, yaitu: transendensi, liberasi dan humanisasi yang gagas Kuntowijoyo pakar psikologi Indonesia terhadap ibadah puasa ramadhan disampaikan Kepala Kantor Urusan Agama revitalisasi Kecamatan Sambas Ahadi, S.Sos dalam kultum di Masjid Agung Babul jannah Kabupaten Sambas, Minggu 09/04/2023 pukul 19.30 Wiba.
Dibahas oleh KUA revitalisai Kec. Sambas Ahadi, S.Sos Nilai dasar protektif yang pertama adalah transendensi merupakan kesadaran ketuhanan atau kesadaran vertikal manusia, bukan secara agama saja tetapi secara makna apa saja yang melampaui akal kemanusiaan.Dalam islam transendensi disebut juga sufisme, misalnya berupa khauf, raja, tawakkal, qana'ah, pendekatan ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-baqarah: 183 "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" yaitu adanya perintah kepada orang yang beriman untuk meraih ketakwaan.
Dijelaskan pula nilai dasar profektif yang kedua liberasi adalah pembebasan, puasa pembebasan nafsu amarah, Hakikat al Nafs al Ammarah bi al-Suu' Nafsul Ammarah adalah jiwa manusia yang ingin memenuhi kehendak hawa nafsu dalam segala bidang kehidupan, sehingga tidak menghiraukan kaidah-kaidah agama. Misalnya saja bersifat takabur, loba, tamak, kikir, senang menyakiti orang lain, dan lain-lain ini adalah sifat dasar manusia. Nafsu lawwamah adalah jiwa yang masih cacat cela. Walaupun dia menerima hidayah petunjuk dari Tuhan, patuh kepada-Nya, dan selalu ingin berbuat kebajikan, tetapi sang pemilik terkadang melakukan perbuatan maksiat atau sewaktu-waktu tak dapat menguasai hawa nafsunya, yakni godaan setan (sifat yang labil). Puasa meraih nafsu Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan, sehingga di setiap ibadahnya dilakukan atas dasar cinta kepada allah swt, sabar, ikhlas jelas Ahadi.
Selain itu dipaparkan nilai dasar protektif yang ketiga humanisasi proses pemanusiawian manusia maka puasa membentuk hubungan manusia (hablum minannas). Salah satu sarana untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT atau hablum minallah dan sekaligus membangun kepedulian kepada sesama atau hablum minannas adalah puasa. Orang yang menjalankan puasa dengan baik, maka dipastikan solidaritasnya terhadap sesama juga tinggi. Puasa meningkatkan solidaritas kepada sesama dimulai dengan merasakan lapar dan dahaga selama berpuasa, dengan demikian akan menimbulkan kepedulian sosial dan solidaritas kita sesama umat manusia. Implementasi dari kehidupan sosial dapat diwujudkan melalui tindakan berbagi antara sesama, dengan memberi sedekah dan membayar zakat yang harus dituntaskan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dengan membayar zakat ini maka umat Islam secara langsung atau tidak langsung telah membantu memperkecil masalah kesenjangan sosial imbuhnya.(AHD)
Komentar
Posting Komentar